Bandar Lampung – Lab For Democracy Studies (LDS) menggelar Bootcamp Volunteer di Camp 91, Kedaung, Kemiling, Bandar Lampung. Agenda ini menjadi langkah konkret dalam menguatkan kesadaran politik generasi muda, khususnya Gen Z, untuk berperan aktif dalam mewujudkan demokrasi yang substansial dan inklusif.
Acara Bootcamp Volunteer LDS resmi dibuka oleh Founder LDS, Fatikhatul Khoiriyah. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa inisiatif kegiatan ini lahir dari kegelisahan sekelompok anak muda terhadap melemahnya nilai-nilai demokrasi di kalangan generasi muda.
“Jangan melihat dari jumlah peserta yang terbatas, hanya sembilan orang. Kami yakin, dari segelintir orang ini akan tumbuh kekuatan besar untuk menghadirkan demokrasi yang lebih baik,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut pimpinan proyek bootcamp, Haryadi Sudibyo, kegiatan ini mengusung tema “Visiting the Idea of Republicanism”. Ia menjelaskan pentingnya kembali memahami makna dasar republik (res publica) sebagai upaya memperkuat ruang publik yang sehat dan partisipatif.
“Segala aktivitas dalam republik harus berlandaskan kepentingan publik. Warga negara perlu mengambil posisi dan kembali pada makna yang sesungguhnya,” katanya.
Penempatan lokasi di Camp 91 Kedaung, Kemiling juga memiliki filosofi tersendiri. Menurut panitia, lokasi tersebut mencerminkan semangat “kembali ke akar” dan mendekatkan peserta pada realitas sosial masyarakat. LDS berharap, para volunteer yang ditempa melalui bootcamp ini tidak hanya memiliki pemahaman teoritis, tetapi juga kepekaan sosial dan komitmen untuk menghidupkan nilai-nilai demokrasi di lingkungan masing-masing.
Direktur LDS, Dedy Indra Prayoga, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk membangun masyarakat rasional sebagai pondasi utama negara demokratis.
“Bootcamp ini bagian dari kerja intelektual LDS. Masyarakat yang rasional adalah syarat utama lahirnya negara demokrasi yang berjalan sebagaimana mestinya,” jelasnya.
Program bootcamp akan berlangsung beberapa hari dengan kurikulum yang mencakup:
Analisis isu-isu publik
Mekanisme partisipasi warga negara
Literasi politik dan budaya debat sehat berbasis data
Para peserta diharapkan menjadi garda terdepan dalam melawan disinformasi dan mendorong diskusi publik yang lebih berkualitas di masyarakat.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan