Bandar Lampung – Fenomena pengibaran bendera Jolly Roger, simbol ikonik dari serial manga dan anime populer One Piece, di berbagai daerah menjelang perayaan kemerdekaan menuai beragam respons. Di tengah kekhawatiran dari sejumlah pihak, Wahyu Hidayat, seorang pegiat dari Lampung Democracy Studies, menilai fenomena ini sebagai bentuk ekspresi demokrasi yang subtil dari masyarakat.
Sebelumnya, pengibaran bendera ini sempat menjadi sorotan setelah seorang pejabat publik menganggapnya sebagai provokasi yang berpotensi mengganggu stabilitas negara. Namun, pandangan tersebut dinilai terlalu berlebihan oleh banyak pihak, termasuk Wahyu Hidayat. Menurutnya, pengibaran bendera bajak laut Topi Jerami (Straw Hat Pirates) ini bukan sekadar tren tanpa makna.
“Secara esensi, pengibaran bendera One Piece ini tidak bisa dilihat hanya dari permukaannya. Bendera tersebut merepresentasikan semangat kebebasan, perlawanan terhadap tirani, dan pencarian ‘harta karun’ yang bisa diartikan sebagai harapan akan kesejahteraan dan keadilan,” jelas Wahyu saat dihubungi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menambahkan, dalam konteks demokrasi, ekspresi simbolik seperti ini seringkali muncul sebagai cara masyarakat menyampaikan pesan tanpa harus secara frontal melakukan demonstrasi. Bendera bajak laut One Piece, dengan lambang tengkorak yang tersenyum dan mengenakan topi jerami, secara tidak langsung melambangkan perlawanan yang santai namun memiliki tujuan yang kuat.
“Di One Piece, bajak laut Topi Jerami bukanlah kelompok kriminal, melainkan kelompok yang membela yang lemah dan berjuang melawan kekuasaan korup. Nilai inilah yang mungkin secara tidak sadar diadopsi oleh masyarakat kita,” ujar Wahyu. “Jadi, alih-alih sebagai ancaman, ini justru merupakan indikasi bahwa masyarakat kita semakin kritis dan cerdas dalam mengekspresikan harapannya kepada pemerintah.”
Fenomena ini juga menunjukkan pergeseran cara pandang dalam berekspresi. Di era digital, referensi budaya pop seperti One Piece menjadi bahasa universal yang efektif untuk menyampaikan aspirasi. Wahyu menekankan bahwa pemerintah seharusnya melihat hal ini sebagai sinyal positif, bukan sebagai ancaman yang harus ditindak.
“Demokrasi yang sehat adalah demokrasi di mana rakyatnya bebas berekspresi, bahkan melalui simbol-simbol budaya pop sekalipun. Pihak yang mengkhawatirkan hal ini justru menunjukkan ketidakpahaman mereka terhadap dinamika sosial di era modern,” pungkasnya.
Dengan demikian, pengibaran bendera One Piece bisa dipahami sebagai sebuah refleksi dari nilai-nilai demokrasi yang sedang hidup dan beradaptasi di tengah masyarakat, di mana kebebasan berekspresi dan kritisisme dapat terwujud melalui cara-cara yang kreatif dan unik.