Bandar Lampung – Pernikahan pasangan suami istri JN dan AP yang berlangsung sejak 2022 akhirnya berujung di Pengadilan Agama Kota Bandar Lampung. AP (23) resmi menggugat cerai suaminya dengan sejumlah alasan, termasuk dugaan KDRT, judi online, temperamen kasar, serta kurangnya pemenuhan nafkah. Namun, gugatan tersebut dinilai tidak didukung bukti kuat.
Pasangan ini dikaruniai satu orang anak dan sempat tinggal bersama di Kampung Sinar Gunung Panjang Selatan. Namun, rumah tangga mereka mulai retak setelah AP kerap menuduh suaminya selingkuh.
JN mengungkapkan, konflik memuncak pada Januari-Februari 2023 saat ia pulang kerja dalam keadaan lelah. “Saya dituding selingkuh. Siapa yang tidak emosi? Ujung-ujungnya kami ribut, dan saya menyuruh istri pulang ke rumah orang tuanya di Kelurahan Pidada Panjang,” kisahnya kepada wartawan, Senin (29/7/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski sempat rujuk dan menyewa kontrakan dekat rumah mertua, JN mengaku tidak betah karena kerap didatangi adik-adik ipar. “Setiap hari ramai, sulit istirahat. Kami sudah berumah tangga, tapi suasana tidak kondusif,” keluhnya.
Meski sempat berdamai, hubungan mereka kembali merenggang. AP menolak diajak pulang dengan alasan “takut dibuang keluarganya”. JN akhirnya memilih meninggalkan rumah kontrakan.
“Kami sempat berpisah selama setahun lebih karena istri lebih menurut pada ibunya daripada saya,” ujar JN.
Namun, kejutan datang pada Juli 2025 ketika JN menerima surat gugatan cerai dari Pengadilan Agama. “Tidak ada konfirmasi sebelumnya. HP saya pun diblokir,” ungkapnya.
Dalam sidang ketiga pada 24 Juli 2025, AP menghadirkan orang tuanya sebagai saksi. Sang ibu menuduh JN melakukan KDRT, namun mengaku hanya mendengar dari cerita anaknya. “Saya tidak terima karena tidak ada bukti visum,” bantah JN.
AP sendiri membenarkan gugatannya tanpa bukti kuat. “Saya tidak menuntut apa pun. Memang benar dalam gugatan tidak ada bukti KDRT atau judi online, tapi tekad saya sudah bulat,” kata AP saat dihubungi.
Campur Tangan Keluarga Jadi Pemicu? JN menyebut, masalah ekonomi dan campur tangan mertua memperburuk hubungan mereka. “Mertua saya sering pinjam uang. Kalau saya tidak memberi, istri bilang saya pelit,” jelasnya.
Ia mengaku tetap memberi nafkah pada anak dan istri, tetapi menolak menanggung beban keluarga mertua. “Saya kuli, penghasilan tidak tetap. Tapi istri berperilaku seperti orang kaya,” tambahnya. (Red)