Oleh: Adi Chandra Gutama Ketua (GPN) Provinsi Lampung
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. H. Abdul Moeloek (RSUDAM) kembali menjadi buah bibir, sebagai rumah sakit rujukan terbesar di Provinsi Lampung, setiap gejolak yang terjadi di dalamnya bukan sekadar urusan internal manajemen, melainkan persoalan hajat hidup orang banyak.
Di bawah kepemimpinan baru dr. Imam Ghozali yang belum genap dua bulan menjabat, RSUDAM bagai berada di persimpangan jalan: antara meneruskan warisan masalah lama atau memulai babak transformasi yang dinantikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Harapan publik tentu saja tertumpu pada sang direktur baru. Keberaniannya menerima tantangan ini dengan ucapan “Bismillah” patut diacungi jempol. Ia menyadari bahwa tongkat estafet yang diterimanya bukanlah tongkat estafet biasa, melainkan sebuah beban berat warisan masalah yang menggunung.
Mulai dari fasilitas medis penting seperti MRI dan CT-Scan yang tidak optimal, keluhan kenyamanan pasien, persoalan insentif tenaga kesehatan, hingga sorotan atas tata kelola keuangan. Daftar masalah ini adalah “pewarisan” yang harus segera dituntaskan, bukan diwariskan kembali.
Namun, adalah tidak adil jika kita mengharapkan perubahan instan hanya dalam hitungan minggu. Sebagaimana disampaikan oleh pengamat kesehatan dan didukung oleh pernyataan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung, transformasi di institusi sebesar RSUDAM membutuhkan waktu dan proses.
Dr. Imam Ghozali, yang sudah lama berkecimpung di rumah sakit tersebut, dianggap memiliki modal berharga untuk memahami akar permasalahan secara mendalam. Modal ini harus segera dikonversi menjadi langkah-langkah strategis yang terukur dan transparan.
Di sinilah letak ujian sesungguhnya. Komitmen dan optimisme saja tidak cukup. Publik, seperti yang diwakili oleh keluarga pasien Sulastri, menantikan bukti nyata. Mereka memahami bahwa kesempurnaan tidak akan datang dalam semalam, tetapi mereka ha akan melihat indikasi perubahan yang konkret.
Perbaikan kecil yang konsisten seperti peningkatan kebersihan, pengaturan antrian yang lebih manusiawi, atau komunikasi yang lebih baik dapat menjadi sinyal positif yang membangun kepercayaan.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bersama:
Pertama, manajemen RSUDAM di bawah dr. Imam Ghozali harus segera merumuskan peta jalan (roadmap) perbaikan yang jelas dan disosialisasikan kepada publik. Roadmap ini harus memprioritaskan penanganan masalah-masalah kritikal yang langsung berdampak pada pasien, seperti perbaikan alat kesehatan.
Kedua, transparansi dalam pengelolaan, terutama terkait anggaran dan penanganan dugaan pungutan liar, adalah kunci untuk memulihkan kepercayaan.
Ketiga, kolaborasi dengan seluruh tenaga kesehatan, manajemen, dan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi mutlak diperlukan.
Di sisi lain, masyarakat Lampung juga dituntut untuk bersikap proporsional. Memberikan ruang dan waktu bagi kepemimpinan baru untuk bekerja adalah keharusan. Kritik konstruktif tetap diperlukan, tetapi huru-hara dan polemik yang tidak produktif justru dapat mengganggu konsentrasi perbaikan.
Harapan dan Komitmen “membenahi persoalan satu per satu” yang diucapkan dr. Imam Ghozali adalah mantra yang tepat. Sekarang, semua mata tertuju padanya dan seluruh jajarannya.
RSUD Abdul Moeloek harus berubah dari sekadar “tempat berobat terakhir” menjadi simbol harapan dan pelayanan kesehatan terbaik di Lampung. Waktu yang akan membuktikan, dan publik Lampung menanti dengan penuh harap.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan